All images credit and content copyright by Channel A
Hari ini di tempat saya hujan, hujan yang mungkin tidak jauh berbeda dari hujan-hujan di tempat kalian, hujan yang dingin, lebat dan terus berlanjut. Bedanya sekarang kepala saya telah penuh memikirkan Aldebaran Abimanyu.
Kalian tau siapa dia? Hanya seorang pemuda yang diam-diam saya kagumi, beberapa hari terakhir sosok Ale benar-benar merampas waras saya, seharusnya sejak awal saya tidak perlu membaca kisah tentang Ale yang Ivana tulis di sebuah media khusus untuk menulis. Ale adalah seorang pemuda yang begitu Ivana cintai begitupun sebaliknya, dan saya? Hanya seseorang yang diam-diam ikut jatuh dalam cerita Ivana, untuk Ivana maaf, karena saya tidak bisa tidak jatuh cinta kepada Ale.
Dia adalah Ale, Aldebaran Abimanyu. Usianya lebih 4 tahun dari usia saya. Dan Ale ketika memakai topi adalah favorit, atau bisa jadi semua yang ada di diri Ale adalah favorit.
*Mungkin untuk pembukaan yang mungkin tidak penting sebenarnya tapi aku mau, hahahha karena ke bucinan dan kehaluan ini nggak bisa aku tahan jadi ada beberapa pembukaan sinopsis yang mungkin nanti akan bercerita tentang sosok random yang belum tau siapa dia, yang jelas untuk episode ini kita ditemani sosok Ale yang tadi aku baca lagi hujan-hujanan bersama Ivana, kebetulan juga hari ini dan hari-hari sebelum ini tepatku juga sering hujan, terlalu sering hujan. Ya namanya juga musim penghujan.
Next part 3 yaa….
EPISODE 4 PART 3
Dulu sekali, saat Seulbi masih kecil dia dan neneknya sedang berada di sebuat lift yang begitu ramai, setelah Seulbi masuk ada seorang ibu-ibu dengan membawa koper ikut masuk dan hal itu membuat lift tidak bisa berjalan karena beban berat badan yang melampaui batas maksimum. Semua orang tidak ada yang mau mengalah, wanita yang baru masukpun tidak sadar diri, akhirnya nenek Seulbi yang mengalah dan memilih keluar dan meminta maaf.
Seulbi mengingat hal itu dengan mata menerawang dan tertawa getir.
Seulbi : “Karena itu bukan orang lain, tapi nenekku yang melakukan itu, itu membuatku berpikir jika keberadaanku adalah untuk meminta maaf. Saat itulah aku menyadarinya. Badan beberapa orang memiliki kekurangan.”
Dewa menatap Seulbi dengan penuh simpati, dan untuk berikutnya suara Seulbi dibuat setegar mungkin dan mengatakan, “itu sebabnya, belakangan ini aku benar-benar bahagia. Orang asing memperlakukanku dengan baik, dan lebih penting lagi, aku tidak perlu minta maaf.”
Untuk mencairkan suasana, dan merubah mood Seulbi sang Dewa meminta Seulbi yang katanya sudah terlalu mabuk itu untuk berhenti bicara dan segera tidur, Seulbi tersenyum mengambil selimut yang diberikan kepadanya.
Hyunwoo yang tertidur terpaksa terbangun karena suara alarm, mata yang semula terpejam tiba-tiba terbuka, dia teringat sesuatu dan buru-buru mengambil ponselnya, dengan mempersiapkan hati agar tidak kecewa, dia menutup ponselnya dengan tangannya dan pelan-pelan membukanya, yaa hasilnya sangat memuaskan karena webtoon miliknya menjadi yang paling dicari selama satu minggu terakhir. Hyunwoo sangat lega melihat itu.
Pagi itu Dewa langsung merapikan caffe , rutinitas harian sebelum membuka caffenya. Dia terkejut saat melihat sketsa diatas selimut yang sudah rapid an sebuah note dari Seulbi, dia mendekat dan melihatnya.
Semalam Seulbi diam-diam menggambar Dewa saat sedang tidur, Seulbi memberikannya sebagai uang ganti dia menginap disana, Dewa itu pun tersenyum.
Pagi itu di Shimkong toon juga sama hebohnya, ketiga asisten Hyunwoo sedang mengecek hasil laporan webtoon mingguan dan mendapati webtoon yang mereka buat mendapat peringkat teratas dengan banyak pujian positif dari pembacanya. Mereka berdiri dengan suka cita sambil berpelukan.
Tak lama Hyunwoo datang, dia pura-pura tidak tau dan menanyakan apa yang terjadi, ah padahal jelas sekali dia tersenyum. Goeun langsung melaporkan apa yang barusan mereka liat dengan senyum bahagia yang tidak bisa ditutup-tutupi karna terlalu bahagia, mereka semua bahagia, itu jelas.
Dengan sok bijaknya Hyunwoo mengatakan agar tidak berlebihan dengan hasil yang sudah jelas, sekarang saingan mereka adalah diri mereka sendiri jadi jangan sampai lengah. Mereka semua tertawa karna sudah hafal apa yang akan di katakana Hyunwoo.
Hyunwoo juga mengingatkan untuk menghubungi Seulbi, katakan pada Seulbi kalau dia sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Lalu pandangan Hyunwoo pindah pada Goeun yang berdiri disampingnya, dia juga mengatakan hal yang sama, Goeun melakukan pekerjaan dengan baik juga hal itu tentu membuat detak jantung Goeun semakin tak beraturan. Menyadari hal itu Goeun terus mencubit badannya untuk mengendalikan degup jantungnya itu, hal itu lagi-lagi menarik perhatian ketiga pria itu, Jongsuk menanyakan dirinya kenapa dan Goeun hanya beralasan jika badannya gatal.
Melupakan masalah gatal ditubuh Goeun, Hyunwoo memerintahkan Donggu dan Jungsuk untuk mengedit episode 2, dan untuk Goeun dia memintanya untuk menemani dia ke suatu tempat. Goeun tentu terkejut karna itu berarti yang pergi hanya mereka berdua, dia dan Hyunwoo saja.
Hyunwoo dan Goeun ternyata ke rumah sakit, kepada Goeun, Hyunwoo menjelaskan jika itu rumah sakit utama yang akan melatar belakangi webtoon mereka, dia mengajak Goeun karna Goeun pasti belum pernah melihatnya secara langsung. Goeun bergumam jika dirinya sudah kesana beberapa kali, saat ditanya Hyunwoo apa yang dibicarakan Goeun, dia langsung mengalihkannya dengan alasan mereka harus mengumpulkan informasi tentang rumah sakitnya, dan dia langsung memulainya. Hyunwoo hanya tertawa melihat tingkahnya.
Mereka berkeliling rumah sakit, Hyunwoo juga memotret beberapa sudut rumah sakit dan semua aktivitas disana yang di rasa perlu.
Goeun yang bertugas menanyai beberapa pegawai disana untuk mencari informasi penting, entah apa yang ada di pikiran Hyunwoo, melihat Goeun dengan automatis dia sedikit mendekat dari tempat Goeun berada, jari jemarinya mengikuti hatinya yang mungkin ingin atau tiba tiba ingin membidik Goeun dengan kamera yang dia bawa, beberapa kali dia memotretnya baru setelah Goeun menangkap basah dia yang sedang mengarahkan kamera kepadanya, Hyunwoo berhenti dan pura-pura memotret tempat lain tentu dengan wajah yang habis tertangkap basah.
Mereka terus berkeliling rumah sakit, ke satu tempat ke tempat lainnya. Ketika menemukan satu ruangan yang yang mereka cari mereka masuk dan memotret beberapa sudut, karna Hyunwoo memotret tanpa melihat ke belakang, akhirnya Goeun yang bagian membukakan pintu.
Karna Hyunwoo terlalu fokus dengan apa yang ia potret, dan saat itu Goeun yang melihat ada pasien gawat yang sedang terburu-buru menuju tempat mereka sekarang berdiri, jika dibiarkan Hyunwoo yang terus melangkah kebelakang itu akan tertabrak rombongan dokter dan pasien itu, maka dengan buru-buru Goeun menarik Hyunwoo, membawanya ke tembok samping mereka.
Hyunwoo tentu terkejut, apalagi setelah kesadarannya kembali, posisi dia dan Goeun yang pasti sangat aneh sekali. Entah mungkin jantungnya sekarang juga ikut berdegup, bukan karna terkejut tapi karna gadis di depannya. Sementara Goeun terlampau terkejut dengan tindakannya barusan, apalagi hasil setelahnya, dimana dia berakhir dengan sangat dekat sekali dengan Hyunwoo.
Hyunwoo : “Maaf..”
Goeun langsung menjauhkan diri, tapi masih dekat hanya wajahnya saja yang kini bisa melihat kea rah Hyunwoo.
Hyunwoo : “Kupikir kita bisa berpisah sekarang.”
Goeun yang kebingungan langsung melepaskan diri dan pergi dengan masih sama bingungnya, sementara Hyunwoo masih terpaku dan bisa kembali benafas lega ketika Goeun sudah pergi.
Pulang dari rumah sakit, mereka makan dulu di pasar tradisional. Goeun pesan begitu banyak makanan, sampai Hyunwoo heran sendiri melihatnya.
Hyunwoo : “Apa kau memesan semua itu hanya
untuk kita berdua?”
Goeun : “Aaa apa terlalu sedikit?”
Melihat wajah polos Goeun itu Hyunwoo hanya tertawa.
Goeun meracik Ssam untuk Hyunwoo dan menyuapi Hyunwoo dengan tangannya, reaksi Hyunwoo hanya tertawa setelah memakannya, ya tentu karna rasanya yang sangat enak, melihat hal itu Goeun juga jadi ikut tertawa.
Hyunwoo : “Ini sungguh aneh, kupikir hanya Seulbi yang makan makanan seperti ini.”
Goeun beralasan kalo Seulbi juga mengajarinya, dan tiba-tiba Goeun ingat jika dia harus membeli ini juga untuk Donggu dan Jungsuk jadi dia memesannya lagi. Hyunwoo memang sedang hobi sekali tersenyum, hampir semua yang dilakukan Goeun membuat dia tersenyum dan tertawa, bahkan saat melihat Goeun memesankan untuk 2 asistennya itu pun dia masih tersenyum.
Hyunwoo : “Kalau dipikir-pikir, kau bahkan memesan persis seperti Seulbi juga.”
Goeun langsung cepat-cepat menyuapi Hyunwoo lagi sebagai bentuk pengalihan, bahkan dia memuji Hyunwoo yang begitu menggemaskan saat sedang makan. Dan karena ada kamera Goeun mau mengabadikan moment, jadi dia memotret Hyunwoo walaupun pada awalnya Hyunwoo tidak mau.
Mereka sampai kantor waktu hari sudah gelap, Yena sengaja menunggu Hyunwoo kembali ke kantor, tapi dia menunggu di luar, di mobilnya. Saat mobil Hyunwoo datang dia langsung keluar dan berniat mau memberi makanan yang telah dia bawa, bagaimanapun hanya dirinya yang peduli pada Hyunwoo, itu pikir Yena. Baru saja dari kejauhan dia mau menyapa, tapi dia melihat Goeun didalam mobil Hyunwoo.
Sementara di dalam mobil Hyunwoo bertanya apa tidak masalah jika dirinya tidak mengantar pulang Goeun, tentu saja hal itu tidak masalah sama sekali bagi Goeun, lagian karna masih berada dilingkungan kantor, dia ingin sekalian menaruh makanan yang tadi mereka pesan untuk Donggu dan Jungsuk di dapur kantor. Setelah Goeun turun dari mobil dan mereka saling berpamitan, Hyunwoo langsung pergi dengan mobilnya.
Goeun sangat senang hari itu, dan alat penanda kafeinnya menunjukkan sudah tinggal 9%, artinya dia harus bergegas. Tapi dari arah belakang, Yena menepuk pundaknya dan langsung menyeretnya pergi untuk bicara berdua. Goeun sudah menolak tapi tetap saja Yena memaksanya.
Mereka berakhir di caffe milik Dewa dan sedang bicara sangat serius, terutama Yena.
Yena : “Aku menyuruh anda untuk membuatnya setinggi gunung everest. Ini hanya gunung bukhan. Aku tidak suka itu.”
Itu yang Yena katakana kepada Dewa, karena pesanan yang di minta dan yang diberikan sangat berbeda, Dewa berniat mau mengambilnya tapi Yena mengatakan tidak perlu dan menyuruhnya untuk pergi.
Yena : “500 kalori untuk empat lapis kue, 260 kalori untuk sirup dan 700 kalori untuk krim kocok. Jika kau menambahkan itu, totalnya 1460 kalori. Apa kau tau itu?”
Goeun : “Tapi bagaimana dengan ini?”
Yena : “Berkat dirimu, aku sangat menginginkan manisan, jadi aku memesannya!”
Yena : “Kau! Aku sudah memperingatkanmu, kan? Jangan menempel pada Hyunwoo.”
Goeun : “Yang aku lakukan hanyalah bekerja.”
Yena : “Jika kau akan bekerja untuk Hyunwoo?”
Goeun : “Tidak! Bukan berarti ‘kerja’.”
Yena : “lupakan. Hyunwoo tidak jatuh cinta pada tipuan yang jelas seperti itu.”
Goeun sudah tidak punya banyak waktu lagi, dengan berat dia meminta maaf ke Yena lalu menenggelamkan wajah Yena ke roti yang tadi Yena pesan, dan selanjutnya Goeun langsung lari dari sana.
Yena berteriak dan langsung mengejar Goeun, tapi Goeun sudah tidak ada.
Untuk membersihkan wajahnya yang penuh dengan krim, Yena ke toilet caffe, dia terus mengutuk dan mengeluarkan sumpah serapahnya pada Goeun. Dari bilik kamar mandi, Seulbi datang dan menghampirinya, menanyakan keadaan Yena apakah dia baik-baik saja. Yena sangat terkejut karna dapat bertemu Seulbi ditempat itu, tapi setelah ingat Goeun teman Seulbi, jadi Yena meminta Seulbi untuk mengatakan pada Goeun agar tidak perlu datang ke kantor lagi.
Yena : “dan juga, apa kau kesini untuk makan lemak lagi, Lee Seulbi?”
Seulbi : “kudengar kue dan kopi di sini cukup terkenal.”
Yena : “Jika itu terkenal, kau akan memakannya.
Jika tidak terkenal, kau akan membuatnya terkenal dan memakannya. Jika kau terus makan seperti itu, kau bisa bertambah gemuk. Paham?”
Setelah mengatakan itu Yena langsung pergi, dan emosi yang dari tadi Seulbi tahanpun tercurahkan setelahnya.
- Bersambung..